Selasa, 25 Maret 2014

Sahabat Penghuni Surga

Para sahabat memiliki keistimewaan dan keunggulan yang patut kita teladani juga, bahkan para sahabat sudah diprediksi oleh Rasulullah akan masuk ke surganya Allah. Adapun beberapa sahabat yang dijanjikan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam masuk ke surga yang tertuang dalam hadist beliau adalah :
1.    Abu Bakar ash-Shiddiq r.a, ‘Umar bin al-Khaththab al-Faruq r.a, ‘Utsman bin ‘Affan r.a,  Ali bin Abi Thalib r.a, Thalhah bin ‘Ubaidillah r.a, Az-Zubair bin al-’Awwam r.a, ‘Abdurrahman bin ‘Auf r.a, Sa’ad bin Abi Waqqash r.a, Sa’id bin Zaid r.a, Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a.
Beliau bersabda :“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad bin Abi Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
2.    Khadijah bintu Khuwailid r.a
Abu Hurairah r.a pernah bercerita, “Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang berada di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril kepada beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah akan datang menemuimu dengan membawa tempat yang berisi makanan dan minuman. Maka jika dia telah datang, sampaikanlah salam kepadanya dari Rabb-nya dan dariku, serta kabarkan kepadanya bahwa baginya sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang tidak ada kegaduhan dan kepayahan di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.    Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari r.a
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Al-’Arsy bergetar karena wafatnya Sa’ad bin Muadz.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya sapu tangan Sa’ad bin Muadz di surga lebih baik dan lebih indah dibandingkan jubah ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4.    Bilal bin Rabah r.a
Abu Hurairah r.a bercerita, “Di pagi hari setelah shalat shubuh, Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Wahai bilal, kabarkan kepadaku suatu amalan mulia yang kau amalkan dalam Islam, sungguh aku mendengar suara kedua sandalmu di surga.” Bilal kemudian berkata, “Aku tidaklah beramal dengan suatu amalan yang sangat bisa diharapkan. Akan tetapi, tidaklah aku berthaharah (berwudhu) melainkan setelah itu aku iringi dengan shalat 2 rakaat dari apa yang telah ditetapkan bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5.    Hasan dan Husain r.a (Putra Ali bin Abi Thalib r.a)
Mereka termasuk ahli surga saat masih berjalan di muka bumi ini. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah dua raihan (rahmat, rezki, kesayangan) ku di dunia.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam juga bersabda, “Hasan dan Husain, keduanya adalah pemuka para pemuda surga.” (HR. at-Tirmidzi)
6.    Tsabit bin Qais al-Anshari r.a
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam berkata kepada salah seorang sahabat, “Pergilah kepada Tsabit dan kabarkan kepadanya bahwa engkau bukan dari penduduk neraka, akan tetapi justru termasuk dari penduduk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7.    Dan masih ada beberapa lagi yang lain

Siapa yang tidak ingin ikut serta masuk ke surga bersama Rasulullah dan para sahabatnya?

Semoga kita dimasukkan ke dalam surga-Nya Allah Ta’ala, dengan catatan bahwa kita beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala dan memohon ridho-Nya serta berdo’a untuk dimasukkan ke dalam surga-Nya. aamiin

Al Jannah (Surga)

Kita pasti sering mendengar tentang surga dan neraka. Jika kita mengaku sebagai seorang muslim, seorang yang menganut ajaran islam, dan menyebut bahwa kita merupakan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maka kita harus yakin dan percaya bahwa surga dan neraka itu ada, dan kekal.
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS. Al-Baqarah : 24-25).
“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (As-Sajdah: 17)

Al Jannah (Surga) itu Kenikmatan dan Keindahan yang Belum Pernah Terbesit dalam Benak dan Pikiran Kita
Sungguh surga itu merupakan hal yang gaib, dan kita tidak bisa melihatnya ketika di dunia, tetapi Allah Ta’ala menggambarkan kenikmatan dan keindahan surga dalam berbagai macam cara, dan dari sabda-sabda Nabi Muhammad SAW kita juga bisa mengetahui tentang gambaran Surga. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah An-Nisa' : 77 yang artinya : "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." Dan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Tempat cemeti di dalam surga lebih baik dari dunia dan seisinya”. (HR. Bukhari)
Surga-Nya Allah Ta’ala sungguh teramat luas, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon yang jika seorang berkendaraan  berkeliling dibawah naungannya selama seratus tahun, niscaya belum juga selesai mengelilinginya.” (HR. Bukhari).
Berikut ini merupakan gambaran-gambaran lain tentang surga-Nya Allah Ta’ala :
1.    Bangunan-Bangunan dan Pintu-Pintu Surga
Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi” (QS. Az-Zumar : 20)
Dari Abu Musa Al Asy’ari, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah yang terbuat dari mutiara yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya tinggal keluarganya, di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya namun mereka tidak saling melihat satu sama lain.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)
2.    Makanan dan Minuman Penghuni Surga
Dalam Surah Al-Waqi'ah : 20 - 21 yang artinya : "Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan."
“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (Ath-Thur: 22)
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Insan : 5-6).
“Suguhan apakah yang diberikan kepada penduduk jannah ketika memasukinya?” Beliau menjawab, “Bagian terlezat dari hati ikan.” Si Yahudi bertanya lagi, “Hidangan apakah yang diberikan setelahnya?” Rasul menjawab, “Disembelihkan untuk mereka sapi jannah yang mencari makan di tepi-tepi jannah.” Si Yahudi berkata, “Apakah minuman mereka?” “Dari mata air bernama Salsabil.” (HR. Muslim)
3.    Nikmat dan Keindahan Lainnya
a.   Penduduk surga makan dan minum tanpa harus kencing dan buang air besar. Hanyalah sendawa dan keringat yang lebih harum dari misik.
“Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah, dan tidak pula membuang ingus. Sisir-sisir mereka dari emas. Keringat mereka adalah misik. Pengasapan mereka adalah al-aluwwah (kayu gaharu). Istri-istri mereka adalah al-hurul ‘in (bidadari-bidadari bermata jeli), dengan perawakan yang serupa, sama dengan bapak mereka Adam, setinggi enam puluh hasta.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)
b.    Bejana-bejana yang mereka gunakan terbuat dari emas dan perak.
“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala, serta di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (Az-Zukhruf: 71)
c.     Bidadari yang masih muda, belia (perawan), dan sebaya umurnya
”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya." (An Naba' : 31-33).
Pada surah yang lain, QS Al-Waqi’ah ayat 35-37 menyebutkan : “Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh dengan cinta dan sebaya umurnya.”
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam juga bersabda : "Jika wanita penghuni surga turun ke dunia ini, tentu antara langit dan bumi ini akan bersinar, dan bau harumnya akan bersenar memenuhinya dan mahkota di kepalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR. Bukhari)
d.    Surga memiliki sungai-sungai yang sangat indah
“… Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka….” (QS. Muhammad : 15)
e.     Surga memiliki istana dan kerajaan yang sangat besar
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (Al-Insan: 20)

Sesungguhnya semua kenikmatan tersebut merupakan pemberian Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan shaleh yang bersifat kekal abadi. Dalam firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (Al-Bayyinah: 7—8)

Lalu, Siapa yang tidak percaya kalau surga itu ada dan kekal?

Senin, 24 Maret 2014

IMAN (1)

Pengertian Iman dan Cabang-Cabangnya

Abu Hurairah r.a. berkata : “Pada suatu hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk bersama sahabat, tiba-tiba seseorang dating dan bertanya : “Apakah iman itu?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “iman ialah percaya pada Allah, malaikat-Nya, dihadapkan-Nya, pada Nabi utusan-Nya, dan percaya pada hari berbangkit dari kubur.”, Lalu ditanya lagi : “Apakah Islam itu?”, Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : “Islam ialah menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan mendirikan shalat.”, Lalu orang itu bertanya lagi : “Apakah ihsan itu?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Ihsan ialah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.” Lalu bertanya lagi : “Kapankah hari kiamat?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi aku akan menceritakan kepadamu beberapa tanda-tanda akan tibanya hari kiamat, yaitu jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala unta dan ternak yang lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung, termasuk dalam hal lima perkara yang tidak diketahui kecuali hanya oleh Allah, yang tersebut dalam ayat : “Sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui, kapan hari kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang di dalam rahim ibu, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, dan tidak seorang pun yang mengetahui di manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui sedalam-dalamnya.” Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh sahabat : “Datangkan kembali orang itu!” Tetapi sahabat tidak melihat jejak orang tersebut. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dia adalah Malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.”” (HR. Bukhari)

Selasa, 18 Maret 2014

Sudah Halalkah Rezeki Yang Kita Dapat Selama Ini?

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Tak bisa dipungkiri dan bukan hal asing lagi, kota besar seperti Jakarta setiap paginya dan sore hari menyuguhkan kemacetan yang luar biasa, orang-orang tidak terkecuali kita berhamburan di jalanan. Berjalan kaki, naik motor/mobil, naik kereta, naik TJ/kopaja/metromini dan lain sebagainya. Semua tumpah riuh dan menimbulkan hiruk pikuk di sepanjang jalanan ibukota Jakarta. Dan semua pasti sependapat kalau tujuan semua itu adalah untuk bekerja, untuk mencari nafkah, untuk mencari rezeki.
                        
Tapi ada seorang atba’ tabi’in yunior – berkata, “Jangan menyepelekan uang receh (fulus) yang engkau dapatkan melalui suatu cara di mana engkau menaati Allah Subhanahu Wata'ala di dalamnya. Bukan uang receh itu yang akan digiring (menuju Allah), akan tetapi ketaatanmu. Bisa jadi dengan uang receh itu engkau membeli sayur-mayur, dan tidaklah ia berdiam di dalam rongga tubuhmu hingga akhirnya dosa-dosamu diampuni.” (Dari: al-Hatstsu ‘ala at-Tijarah wa ash-Shina’ah, karya Abu Bakr al-Khallal).

Dari penyampaian di atas bisa diambil makna bahwa baik buruknya suatu perkerjaan di mata Allah bukanlah dinilai dari besar kecilnya gaji yang diperoleh, akan tetapi dari cara kita melakukannya. Pertanyaan yang paling mendasar dan perlu direnungkan adalah, “Apakah Allah Ridho Dengan Pekerjaan Kita Ini?”, dan “Sudah Halalkah Rezeki yang Kita Dapat Selama Ini?”

Adalah sebuah kepastian, bukan? bahwasanya Allah memerintahkan kepada kita agar selalu mencari rezeki dari sumber yang halal untuk mencukupi semua kebutuhan kita (baca:tingkat kebutuhan tiap orang pasti berbeda-beda). Banyak sekali perintah dalam Al-Qur’an mengenai hal ini, salah satu dari sekian firman Allah Ta’ala : “Hai, orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah: 127).

Jadi, sebaik-baiknya rezeki yang kita dapatkan adalah yang halal dan berkah. Jadi kita hendaknya melakukan proses pencarian rezeki tersebut dengan menggunakan cara-cara yang baik pula. Islam melarang keras segala bentuk upaya mendapatkan rezeki dengan cara-cara yang :
1. Dzolim (kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, melanggar hak orang lain)
Allah Ta’ala berfirman : “Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat dzolim (merugikan) dan tidak didzolimi (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 279)
2. Riba (pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam)
Dalam QS Al-Baqarah ayat 278 dijelaskan : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.”
3.  Judi (permainan yang melibatkan dua orang atau lebih yang mempertaruhkan harta dan isteri mereka dalam sesuatu permainan – riwayat Ibn Abbas)
Dalam firman-Nya : “Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (arak) dan judi. Katakanlah : ada keduanya ada dosa besar dan ada pula beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya…” (QS. Al-Baqarah : 219)
Firman Allah Ta’ala lainnya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya khamar (arak), dan judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya.” (QS. Al-Maidah : 90)
4.   Penipuan (Gharar) – (kebohongan yang dibuat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain)
Sabda Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya surga,” maka salah seorang bertanya, ”Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi (siwak).”(HR Muslim)
5.   Suap (Risywah) – (uang sogok)
Firman Allah Ta’ala : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah : 188)
Dikuatkan pula dalam As-Sunnah, Abdullah bin Amr ra berkata, “Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam melaknat pemberi suap dan penerimanya.” (HR Abu Dawud 3582, At Tirmidzi 1386, Ibnu Majah 2401, Ahmad 6689 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misykat Al-Mashobih 3753)
6.   dan Maksiat (perbuatan yg melanggar perintah Allah Ta’ala; perbuatan dosa (tercela, buruk, dsb)).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan mendapat rezeki karena dosa yang dilakukannya” (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad)


Bahkan bisa jadi kalau kita sering mendengar banyak ungkapan dalam kehidupan sehari-hari, “mencari rezeki yang ‎haram saja susah apalagi mendapat rezeki yang halal” atau “kita akan senantiasa miskin jika tidak mencari rezeki tambahan dari ‎sumber yang haram”.

Tidaklah salah jika sekarang banyak yang menyamaartikan rezeki yang halal dan haram, sudah sesuai dan persis dengan apa yang digambarkan dan disampaikan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah menjelaskan hal ini dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Bakal datang kepada ‎manusia suatu masa orang tidak lagi peduli terhadap apa yang diambilnya, apakah itu halal atau haram.”‎ (HR. Bukhari)

Demikian juga dari Ibnu Umar berkata: “Barang siapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, satu ‎dirham diantaranya uang yang haram, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama pakaian itu masih dipakainya. ‎Kemudian Ibnu Umar memasukkan jarinya kedalam dua telinganya, lalu berkata: “ biarkanlah telinga ini tuli kalau tidak mau ‎mendengarkan perkataan dari Rasulullah ini.” (HR. Bukhari)‎

Dalam mencari rezeki, sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya, untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. Tapi jangan juga kita larut dalam gemerlap dunia, janganlah mengejar harta/dunia saja, karena dunia itu memperdaya kita semua. Allah berfirman : “Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqmaan: 33)

Jadi, sesungguhnya kita berusaha dan berupaya mendapatkan rezeki dengan cara yang baik dan benar sesuai tuntunan islam, dan tidak perlu takut kehilangan rezeki, kekurangan rezeki, tidak kebagian rezeki dan sebagainya serta jangan sekali-kali menghalalkan segala cara untuk mendapatkan rezeki itu. Sudah ada jaminan bahwa Allah sajalah yang memberikan kita rezeki, bukan orang lain. Sekali lagi kita harus yakin bahwa rezeki itu ketetapan Allah Maha Pemberi Rezeki. Dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala : "Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)." (QS. Ar-Ruum: 40)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Huud : 6)

Sekali lagi, mari kita memulai mencarinya dengan hal yang baik dan sesuai dengan syari’at Islam. Semoga kita semua lebih berhati-hati lagi dalam mencari rezeki di bumi Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah sekecil apapun itu. Semoga Allah selalu memberikan kita petunjuk agar kita selalu berada di jalan yang lurus, jalan yang benar, dan jalan yang diridhoi-Nya. Semoga kita selalu dilindungi-Nya, diberi keselamatan, dan dimudahkan jalan kita ketika kita menegakkan panji-panji Islam, untuk Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Semoga selalu diberikan keteguhan hati dan ketetapan iman dalam memegang teguh dan mengimplementasikannya apa-apa yang ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah. Semoga kita semua tergolong umat Rasullulah Shallallaahu alaihi wa sallam yang 70.000, yang mana golongan itu masuk ke dalam surganya Allah SWT tanpa hisab. Aamiin


Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatu